Tatanan tektonik di Indonesia menyebabkan negara ini memiliki
potensi energi geothermal yang sangat besar. Energi geothermal ini dapat
menjadi energy alternative dari energi konvensional lainnya. Energy panas bumi
(geothermal) merupakan sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi (ESDM). Potensi
panas bumi di Indonesia menjadi salah satu yang terbesar didunia, pada tahun
2018 tercatat memiliki potensi mencapai 28.5 Giga watt (GW) yang terdiri dari
cadangan sebesar 17.5 GW dan sumber daya sebesar 11 GW serta kapasitas yang
telah terpasang pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 1948.5
MW (ESDM).
Pemanfaatan energi geothermal ini selain untuk agroindustry,
pemanas ruangan dan pariwisata utamanya digunakan sebagai pembangkit listrik.
Pada data statistic PLN 2018, dalam 8 tahun terhitung dari 2010 energi yang
diproduksi dari PLTP didominasi mengalami kenaikan. Dengan pencapaian terbesar
di tahun 2015 sebesar 4.391,55 GWh. Pada arsip RUEN (Rencana Umum Energi
Nasional) sektor pembangkit listrik non-konvensional diproyeksikan sebagai
penyumbang emisi terbesar sebelum sektor industri dan transportasi.
Diperkirakan tahun 2050 total emisi GRK yang akan terbuang sebesar 1.950 juta
ton CO2. Maka untuk mengatasi hal tersebut salah satu faktor penting
untuk mengurangi emisi GRK dengan cara peningkatan porsi pemanfaatan energy
terbarukan dan mengurangi porsi energy fosil.
Kehadiran transportasi listrik yang memanfaatkan energi listrik
terutama yang dihasilkan dari EBT adalah salah satu upaya untuk mengurangi
ketergantungan energi fosil. Hasil studi dan
riset yang didorong oleh Kementerian Perindustrian pada November 2018 (Kem.
Perindustrian), mobil listrik dapat menghemat 50 – 80% energy fosil. Langkah
tersebut dapat menjadi langkah untuk menurunkan emisi CO2 serta
menjadi peluang baik bagi EBT khusunya geothermal untuk menjadi pendominasi
suplay permintaan energy listrik dari sektor transportasi listrik ini.
Aspect
Setting
Terdapat beberapa sector energy yang menjadi
penyuplai kebutuhan energy listrik nasional. Berdasarkan data produksi energy
dalam statistic PLN tahun 2018 prosentase terbesar penghasil energy listrik
yaitu dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menggunakan bahan bakar
batubara untuk menghasilkan uap sebesar 42,65%. Sedangkan dari sector
geothermal hanya mampu memberikan kontribusi energy listrik nasional sebesar
1,5%. Hal ini disebabkan oleh keuntungan biaya eksplorasi dan produksi batubara
yang lebih murah daripada energy geothermal. Selain itu jika dibandingkan biaya
jual energy listrik batubara dan energy geothermal tidak berbeda jauh sehingga
akan membuat kurang untungnya bagi pengelola energi geothermal.
Konsumen listrik
nasional dalam Statistic PLN tahun 2018 menjelaskan bahwa konsumen listrik
tertinggi di Indonesia dikonsumsi oleh rumah tangga yaitu sebesar 41,7% disusul sector industry sebesar 32,8%, sector
bisnis sebesar 18,77%, dan distribusi kepada pihak lainnya sebesar 6,75%,
dengan total energy yang digunakan yaitu sebesar 234.617, 87 GWh. Prosentase
kebutuhan energy listrik ini terus berubah seiring dengan komponen elektronik
yang dipakai masyarakat di suatu negara. Saat ini muncul konsumen listrik baru
dari sector transportasi yaitu akibat innovasi kendaraan yang sebelumnya
berbahan bakar minyak menjadi menggunakan energi listrik sebagai penggerak
mesinnya.
Kendaraan listik
ini merupakan kendaraan yang digerakkan
oleh motor listrik dengan menggunakan energi listrik yang disimpan dalam
baterai. Kendaraan ini tidak menghasilkan emisi layaknya kendaraan bermotor
konvensional sehingga lebih ramah lingkungan. Melihat dari trend innovasi dari produsen
kendaraan yang juga menguasai pasar kendaraan bermotor di Indonesia mereka
telah mengembangkan kendaraan listrik
tersebut, berikut ini beberapa perusahaan yang telah mengembangkan kendaraan
listrik yaitu Mitsubishi, Nissan, Mercedez-benz, Volvo dan Tesla (Techno.id edisi 5 November 2015).
Dengan bergesernya pemakaian energy bahan bakar fosil menuju energy listrik
sebagai penggerak mobil listrik maka kedepannya kebutuhan listrik dari sektor
transportasi akan semakin meningkat.
Result and Discussion
Dalam BBPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Outlook
Energi Indonesia 2018, kendaraan listrik akan mulai digunakan tahun 2025
sebanyak 56 ribu unit kendaraan listrik meningkat hingga tahun 2050 berkisar
5,6 juta kendaraan listrik. Sehingga setelah diperhitungkan total kenaikan
listrik akan meningkat dari 11,5 GWh menjadi 9,14 TWh pada tahun 2050. Prospek
penggunaan kendaraan listrik di Indonesia diproyeksikan cukup kondusif ke
depan. PLN memproyeksi, pada 2025 akan ada kebutuhan stasiun pengisian kendaraan
listrik umum (SPKLU) sebanyak 4.200 (CNBC Indonesia edisi 24 April 2019).
Melihat keadaan energy konvensional yang menipis mendesak pemanfaatan energy
terbarukan sebagai energy utama dalam penyediaan energy listrik. Maka
perkembangan yang akan terjadi beberapa periode kedepan mempengaruhi bauran
kebutuhan energy listrik nasional sehingga dalam prosentasi ini geothermal
dapat mengisi porsi yang mendominasi.
Pemanfaatan
energy geothermal yang memiliki dampak lebih baik berpeluang untuk mencukupi
kebutuhan listrik akibat adanya penambahan permintaan listrik dari sector
transportasi listrik, dibandingkan energy listrik yang dihasilkan bahan bakar
fosil. Salah satu akibatnya menghasilkan emisi gas rumah kaca (CO2).
Berbeda dengan pemanfaatan energy geothermal yang menghasilkan uap tanpa adanya
kandungan kimia yang mencemari lingkungan. Selain itu potensi geothermal di
Indonesia sangat besar dan menjadi salah satu yang terbesar didunia. Besar
potensi geothermal mencapai 28.5 Giga watt (GW) yang terdiri dari cadangan
sebesar 17.5 GW dan sumber daya sebesar 11 GW serta kapasitas yang telah
terpasang pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 1948.5 MW
(ESDM). Dengan pemanfaatan geothermal sebagai penyedia energy listrik sector
transportasi akan memberikan dampak yang baik terhadap kemandirian dan
ketahanan energy nasional. Karena kita bisa mencukupi kebutuhan energy tersebut
tanpa harus impor sehingga perekonomian akan ikut tumbuh membaik.
Namun untuk
mempersiapkan permintaan kebutuhan listrik tersebut dari pemanfaatan energy
geothermal harus dioptimalkan karena terdapat beberapa masalah yang menghambat
optimalisasi tersebut. Terdapat lima kendala pengembangan energi panas bumi,
yaitu kendala eksplorasi, kendala konstruksi, kendala koordinasi dan regulasi,
risiko finansial, dan risiko pasar (Setiawan, 2012).
Conclusion
Potensi
energy geothermal di Indonesia mencapai 28.5 Giga watt (GW) yang terdiri dari
cadangan sebesar 17.5 GW dan sumber daya sebesar 11 GW serta kapasitas yang
telah terpasang pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 1948.5
MW. Kebutuhan listrik di Indonesia
diperkirakan akan meningkat akibat adanya perubahan pola konsumsi listrik dari
sector transportasi. Terjadinya perubahan dari sektor transportasi yang
sebelumnya menggunakan bahan bakar fosil
berganti menjadi kendaraan menggunakan listrik sebagai energy penggerak.
Peluang ini dapat diambil oleh sector energy dari panasbumi untuk mencukupi
penambahan kebutuhan listrik ini. Hal yang menguatkan energy panas bumi untuk
menambah porsi suplai energy listrik nasional termasuk peningkatan kebutuhan
listrik akibat hadirnya kendaraan listrik dikarenakan potensi energy geothermal
Indonesia yang besar. Selain itu penggunaan energy geothermal sebagai penyedia
kebutuhan listrik menjadikan Indonesia semakin mandiri dalam energy, ketahanan
energy nasional semakin baik, dan berkurangnya emisi CO2 yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
References
CNBC Indonesia. 2019. PLN Prediksi Kebutuhan SPKLU 4200 Hingga 2025. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190424122714-8-68536/pln-prediksi-kebutuhan-spklu-4200-hingga-2025. Diakses pada 24 April 2019
ESDM.
2018. Regulasi Bidang Panas Bumi.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Direktorat Jenderal Energi
Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.
KEMENPERIN. 2018. Studi Mobil Listrik: Hemat Energi Hingga 80%. https://kemenperin.go.id/artikel/19877/ Studi-Mobil-Listrik:-Hemat-Energi-Hingga-80-Persen
. Diakses pada 6 November 2018.
Liun, Edwaren. 2017. Dampak
Peralihan Massal Transportasi Jalan Rayake Mobil Listrik. BATAN. Vol. 19
No.2
Pratama,
Fendy. 2015. 5 Perusahaan Otomotif yang Produktif Mobil Listrik. https://www.techno.id/tech-news/5-perusahaan-otomotif-yang-produksi-mobil-listrik-1511059/nissan-3101.html.
Diakses pada 5 November 2015
Sekterariat
Perusahaan PT PLN (Persero). 2018. Statistika
PLN 2018. PT PLN (Perusahaan Listrik Negara